Ilustrasi. (Foto: Koran SI)
SOLO – Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Prof Bambang Pujiasmanto berpendapat
bahwa ketergantungan masyarakat pada jenis pangan tertentu perlu ditekan
dengan menawarkan jenis pangan alternatif.
"Jika pola konsumsi beras masyarakat bisa ditekan dan diganti dengan jenis pagan yang lain seperti jagung, umbi-umbian atau gandum, maka persoalan ketahanan pangan Indonesia akan lebih kuat," jelas Bambang, saat memaparkan soal dilema produksi dan diversifikasi pangan, di Kampus Fakultas Pertanian UNS, Solo, Jawa Tengah, Jumat (19/4/2013).
Selain itu, lanjut Bambang, karena sejumlah pangan Indonesia akan berkembang di Indonesia. Jagung atau umbi-umbian sejak lama telah menjadi makanan alternatif bagi penduduk Indonesia. Untuk itu, diversifikasi pangan adalah bagian dari upaya memperkuat ketahanan pangan kendati tidak langsung.
Bambang mengatakan, hingga 2013 masalah ketahanan pangan khususnya beras menjadi persoalan besar di Indonesia. Angka kuota impor beras rata-rata masih di atas angka jutaan ton. Besarnya angka impor memang dimaksudkan untuk menjaga ketahanan pangan agar pasokan dan harga pangan tetap terjangkau dan stabil.
Keadaan menjadi akan beda jika tingkat konsumsi beras Indonesia diturunkan dengan cara diversifikasi konsumsi pangan. Pola konsumsi yang dominan beras menjadikan kebutuhan beras begitu besar, terutama bagi masyarakat menengah ke bawah. "Oleh karena itu, edukasi publik yang intensif diperlukan agar masyarakat mau beralih dari beras," tandas Bambang. (mrt)
"Jika pola konsumsi beras masyarakat bisa ditekan dan diganti dengan jenis pagan yang lain seperti jagung, umbi-umbian atau gandum, maka persoalan ketahanan pangan Indonesia akan lebih kuat," jelas Bambang, saat memaparkan soal dilema produksi dan diversifikasi pangan, di Kampus Fakultas Pertanian UNS, Solo, Jawa Tengah, Jumat (19/4/2013).
Selain itu, lanjut Bambang, karena sejumlah pangan Indonesia akan berkembang di Indonesia. Jagung atau umbi-umbian sejak lama telah menjadi makanan alternatif bagi penduduk Indonesia. Untuk itu, diversifikasi pangan adalah bagian dari upaya memperkuat ketahanan pangan kendati tidak langsung.
Bambang mengatakan, hingga 2013 masalah ketahanan pangan khususnya beras menjadi persoalan besar di Indonesia. Angka kuota impor beras rata-rata masih di atas angka jutaan ton. Besarnya angka impor memang dimaksudkan untuk menjaga ketahanan pangan agar pasokan dan harga pangan tetap terjangkau dan stabil.
Keadaan menjadi akan beda jika tingkat konsumsi beras Indonesia diturunkan dengan cara diversifikasi konsumsi pangan. Pola konsumsi yang dominan beras menjadikan kebutuhan beras begitu besar, terutama bagi masyarakat menengah ke bawah. "Oleh karena itu, edukasi publik yang intensif diperlukan agar masyarakat mau beralih dari beras," tandas Bambang. (mrt)
Sumber: Okezone
Tidak ada komentar:
Posting Komentar