LARANTUKA, FBC: Kantin
Sekolah telah menjadi kebutuhan di hampir setiap sekolah. Bahkan menjadi salah
satu indikator dalam akreditasi sekolah. Tetapi bukan karena menjadi salah satu
aspek penilaian dalam akreditasi sehingga sekolah perlu memiliki kantin. Dari
berbagai aspek, antara lain aspek kesehatan, kantin menjadi sangat strategis di
sekolah.
Hal ini
pernah dikemukakan dokter Yosef
Kopong Daten dalam rangkaian kampanye dan sosialisasi pangan lokal di
sekolah yang berlangsung bulan Agustus dan September di Flores Timur.
Berbicara
mengenai pangan lokal di sekolah, Yayasan Pengkajian dan Pengembangan
Sosial (YPPS) Flores Timur, saat ini tengah memprakarsai pendidikan dan
kesadaran tentang pangan lokal. Dalam kegiatannya, YPPS mengandeng
berbagai unsur penting terkait pangan dan kesehatan, antara lain Dinas
Pertanian dan Peternakan kabupaten Flores Timur, Tim Penggerak PKK kabupaten
Flores Timur dan kecamatan Larantuka serta dokter pada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Flores Timur di Larantuka.
Sosialisasi
pangan lokal di sekolah berlangsung di tingkat sekolah dasar untuk empat
sekolah di kota Larantuka dan dua sekolah di kecamatan. Di kota Larantuka
berlangsung di SDK Waibalun 1, SDK Larantuka 1 dan 2 serta SD Inpres Lewolere.
Sementara yang berlangsung di kecamatan adalah di SDK Riang Rita di kecamatan
Ile Bura dan SDK Riangkemie di kecamatan Ilemandiri.
Menurut
dokter Yosef, kantin sekolah memiliki nilai strategis dari aspek
kesehatan lantaran setiap empat jam, lambung harus terisi makanan. “Hal
ini tentu sulit bagi anak-anak sekolah untuk kembali ke rumah setelah empat jam
berada di sekolah. Karena itulah, di sekolah perlu kantin sekolah,” kata
dokter saat sosialisasi di sekolah yang melibatkan para guru dan orang
tua wali.
Dokter Yosef
mengingatkan, masih dalam tataran kesehatan dan pencernaan, makan kenyang
menyebabkan oxigen di otak berkurang sehingga orang cenderung lelah dan
mengantuk. “Untuk itulah, kantin sekolah sebatas menyediakan makanan ringan agar
dalam kurun waktu setelah empat jam di sekolah, lambung selalu terisi,”ujarnya.
Walau
demikian, faktor higienis sebuah kantin perlu menjadi perhatian utama sekolah
maupun pengelola kantin. Sebab hadirnya kantin sekolah bukan sekedar
menyediakan makanan untuk anak-anak dan para guru, tetapi memikul fungsi
kesehatan bagi lingkungan sekolah.
Untuk itu,
dokter Yosef meminta agar aspek kebersihan dan kesehatan dalam pengelolaan
kantin mesti menjadi perhatian. Kepada para pengelola kantin di setiap sekolah
yang dikunjungi, dokter Yosef juga memaparkan syarat-syarat dan ciri makanan
yang sehat serta hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan agar kualitas makanan
untuk kantin juga terjamin.
Selain
perlakuan dan tata cara pengelolaan bahan makanan untuk kantin, jenis dan
sumber pangan juga turut menentukan kualitas makanan di kantin sekolah.
Pastor
Petrus Nong Lewar, SVD yang menjadi salah satu anggota dalam tim sosialisasi
pangan lokal di sekolah mengatakan, salah satu aspek yang menentukan kualitas
kesehatan makanan di kantin sekolah adalah jenis dan asal bahan makanan.
Ia
menegaskan, makanan sehat dan bergizi juga ditentukan oleh jenis bahan makanan
dan dari mana bahan makanan itu berasal. Pastor yang bertugas di paroki Hokeng,
Keuskupan Larantuka ini sangat yakin secara pribadi jika bahan-bahan pangan
lokal bisa diandalkan dan menjamin mutu kesehatan.
“Pangan
lokal itu umumnya masih segar dan bebas dari zaat pengawet makanan. Pangan
jenis ini sehat untuk anak-anak”, demikian kata pastor Petrus Nong Lewar, SVD.
Namun di
pasar, demikian lanjutnya, sedang terjadi diskriminasi terhadap pangan lokal.
Hal ini yang tentunya akan berimplikasi juga terhadap kantin sekolah jika
kurang ada pemahaman yang benar tentang pangan yang sehat. Bisa saja, kantin
sekolah diisi aneka makanan instan yang diimport dari luar daerah.
Apa yang
diungkapkan Pater Pietmendapat tanggapan positif dari pengelola kantin, para
guru maupun orang tua wali murid yang hadir. Refleksi pengalamanpun
bermunculan. Umumnya pengalaman menjadi referensi atas alasan kesehatan yang
dikemukakan dokter Yosef.
Di desa
Riang Rita, sejumlah orang tua yang hadir berbagi pengalaman hidup sehat dengan
pangan lokal pada masa silam. “Saat ini, selalu saja ada warga yang menderita
kolestrol, asam urat bahkan stroke. Padahal di masa lalu, walau dengan standar
kesehatan yang belum menjadi perhatian, masyarakat umumnya sehat dan hidup
sampai usia lanjut,” demikian salah satu curah pendapat dari orangtua wali yang
hadir.
“Hal ini
mungkin karena pada masa itu masyarakat belum mengenal berbagai makanan instan,
zat pewarna kimia dan zat pengawet,” timpal peserta yang lain.
Wakil Ketua
PKK kabupaten Flores Timur ibu Agnes Ina Deran mewakili Forum Pangan Lokal
Flores Timur menyerahkan dukungan kantin sekolah di SDK Waibalun 1.
Dihadapan kepala sekolah dan para guru, istri wakil bupati Flores Timur ini
mengatakan, dari aspek kesehatan, pangan dari bahan lokal masuk kategori sehat.
Namun demikian, jenis pangan ini kurang diminati oleh anak-anak. Karena itu,
pengelola kanton sekolah perlu memiliki keterampilan pengolahan sehingga
menarik bagi anak-anak.
Sebelumnya,
YPPS dan Forum Peduli Pangan Lokal Flores Timur telah memfasilitasi latihan
pengolahan aneka makanan dengan bahan dasar pangan lokal seperti jagung,
ubi-ubian, jacang jewawut dan beras ketan. Latihan ini dipandu ketua tim
penggerak PKK Kecamatan Larantuka sekaligus staf gizi Rumah Sakit Umum Daerah
Larantukam, ibu Leny da Santo.*** (Melky Koli Baran)
Sumber: Flores Bangkit