Cari

Loading

Selasa, 29 Januari 2013

'Beras Cerdas' Diproyeksikan Gantikan Beras Raskin


Warga penerima beras cerdas buatan Universitas Jember (Jaringnews/Arif Purba)

Warga penerima beras cerdas buatan Universitas Jember (Jaringnews/Arif Purba)

"Semoga temuan beras cerdas mampu mempercepat diversifikasi pangan non beras."
JEMBER, Jaringnews.com - Bila selama ini beras untuk warga miskin atau lebih populer dengan sebutan beras raskin memiliki bau apek dan berwarna kekuningan, maka lewat olahan teknologi pangan lahirlah 'beras cerdas' buatan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember (Unej) dicadangkan untuk pengganti beras raskin di Kabupaten Jember, Jawa Timur.

Nah, untuk membuktikan jika beras cerdas memiliki performa lebih bagus ketimbang beras raskin milik Bulog dan yang selama ini didistribusikan dari Gudang Bulog, beras cerdas buatan Unej itu dibagikan kepada 490 RTS (Rumah Tangga Sasaran). Pembagian beras cerdas tersebut dipusatkan di Balai Desa Panduman, Kecamatan Jelbuk.

Penemu yang juga pelopor pemberian bantuan 'beras cerdas' Prof Ahmad Subagyo mengatakan, pembagian beras cerdas itu merupakan tindak lanjut kerja sama terpadu antara Unej dengan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, Badan Ketahanan Pangan Pemprov Jatim, dan Pemkab Jember.

"Pada jangka panjang, kami akan melanjutkan kerja sama tersebut dengan membagikan beras cerdas kepada rumah tangga sasaran yang lebih banyak lagi. Untuk pembagian sekarang, masing-masing RTS akan mendapatkan sebanyak 10 kilogram beras cerdas sebagai pengganti konsumsi makanan pokok non-beras," jelas Prof Ahmad Subagyo, Jumat (28/12).

Menurut Ahmad Subagyo, beras cerdas merupakan beras restrukturisasi dari berbagai bahan baku alami yang dibuat dengan mencampurkan tepung dari olahan singkong atau 'modified cassava flour' (mocaf), jagung, protein susu dan bahan tambahan lainnya dengan tujuan untuk meningkatkan kandungan protein dan sifat fungsionalnya.

Guru besar Unej termuda itu mengatakan, beras cerdas lebih unggul dari beras raskin karena kandungan gizi di dalamnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat miskin penerimanya."Sayangnya, program beras raskin justru membatasi fokus pengembangan sumber pangan karbohidrat non-beras dan percepatan diversifikasi pangan. Semoga temuan beras cerdas mampu mempercepat diversifikasi pangan non beras," paparnya.
(Arp / Ara)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar